A. Pengertian
Menurut FI III : 9
Emulsi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat
terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok.
Menurut RPS 18 th : 298
Emulsi adalah suatu sistem terdispersi yang terdiri dari paling sedikit
2 fase cairan yang tidak saling bercampur. Sebagian besar dari emulsi
konvensional dalam farmasi memiliki ukuran partikel terdispersi dalam
diameter dari 0,1 sampai 100 mm.
Menurut Lachman : 1029
Emulsi adalah suatu campuran yang tidak stabil secara termodinamika yang terdiri dari 2 cairan yang tidak saling bercampur.
Menurut Parrot : 354
Emulsi adalah suatu sistem polifase dari 2 campuran yang tidak saling bercampur. Salah satunya tersuspensi dengan bantuan emulgator keseluruh partikel lainnya. Ukuran diameter partikelnya 0.2 – 50 m.
Menurut Physical Pharmacy : 522
Emulsi adalah sistem yang tidak stabil secara termodinamika mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur satu
diantaranya terdispersi sebagai globul-globul (fase pendispersi) dalam
fase cair lainnya (fase kontinyu) distabilkan dengan adanya bahan
pengemulsi/emulgator.
Menurut FI IV : 6
Emulsi adalah sistem dua fase dimana salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan-tetesan kecil.
Menurut Scovilles : 314
Emulsi
yang digunakan dalam farmasi adalah sediaan yang mengandung 2 cairan
yang tidak bercampur, satu diantaranya terdispersi secara seragam
sebagai globul.
Menurut Ansel : 376
Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak saling bercampur.
Menurut Ensyclopedia : 138
Umumnya digambarkan sebagai sistem heterogen, terdiri dari dua cairan yang tidak bercampur. Satu diantaranya didispersikan secara seragam sebagai tetesan kecil dalam cairan lain.
Menurut Formularium Nasional : 412
Emulsi
adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi; yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam
fase cairan lainnya; umumnya dimantapkan dengan zat pengemulsi.
Menurut DOM Martin : 508
Emulsi
adalah sistem heterogen, terdiri dari kurang lebih satu cairan yang
tidak tercampurkan yang terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk
tetesan-tetesan di mana diameternya kira-kira 0,1 mm
atau dapat diartikan sebagai dua fase yang terdiri dari satu cairan
yang terdispersi dalam cairan lainnya yang tidak tercampurkan.
Kesimpulan :
Emulsi
adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika,
yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur,
dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk
tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok.
Emulsi
berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai milk, warna emulsi
adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi
vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat
dalam bij tersebut.
Pada
pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan
emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan
menggunakan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi
yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi
spuria atau emulsi buatan.
B. Komponen Emulsi
Komponen dari emul Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
Komponen Dasar
Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari :
1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu
Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain.
2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar
Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut.
3. Emulgator
Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
Komponen Tambahan
Bahan
tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif
(pengawet), antoksidant.
Preservatif
yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam
sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil
merkuri asetat, dll.
Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.
C. Tipe Emulsi
Berdasarkan
macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal,
maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu :
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
Adalah
emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air
sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
D. Tujuan Pemakaian Emulsi
Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.
Tujuan pemakaian emulsi adalah :
1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal. Umumnya emulsi tipe O/W.
2. Dipergunakan
sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O tergantung banyak faktor
misalnya sifat zat atau jenis efek terapi yang dikehendaki.
E. Teori Terjadinya Emulsi
Untuk
mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam teori, yang
melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang yang berbeda-beda.
Teoi tersebut ialah :
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)
Molekul
memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang disebut
dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik menarik
antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya adhesi.
Daya
kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat cair
akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya
kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan.
Dengan
cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang
batas dua cairan yang tidak dapat bercampur. Tegangan yang terjadi
antara dua cairan tersebut dinamakan tegangan bidang batas.
Semakin
tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang mengakibatkan antara
kedua zat cair itu semakin susah untuk bercampur. Tegangan yang terjadi
pada air akan bertambah dengan penambahan garam-garam anorganik atau
senyawa-senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan
senyawa organik tertentu antara lain sabun.
Didalam
teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan menurunkan dan
menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi pada bidang batas sehingga
antara kedua zat cair tersebut akan mudah bercampur.
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :
Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka pada air.
Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.
3. Teori Interparsial Film
Teori
ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel
fase dispers.
Dengan
terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara partikel yang sejenis
untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan kata lain fase dispers
menjadi stabil.
Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :
Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua permukaan partikel dengan segera.
4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)
Jika
minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung
berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan dengan lapisan
didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel minyak dilindungi
oleh dua benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng
tersebut akan menolak setiap usaha dari partikel minyak yang akan
menggandakan penggabungan menjadi satu molekul besar. Karena susunan
listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak mempunyai susunan yang
sama. Dengan demikian antara sesama
partikel akan tolak menolak dan stabilitas emulsi akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara
dibawah ini.
Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.
Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya.
Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.
F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)
Emulgator alam
Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
a. Gom arab
Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum. Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu :
- Kerja gom sebagai koloid pelindung
- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang (tiksotropi).
- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.
- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.
- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.
- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak lemak.
- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.
- Balsam-balsam.
- Oleum lecoris aseli
b. Tragacanth
c. Agar-agar
d. Chondrus
e. Emulgator lain
Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
2. Emulgator alam dari hewan
a. Kuning telur
b. Adeps lanae
3. Emulgator alam dari tanah mineral
a. Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
b. Bentonit
Emulgator buatan
1. Sabun
2. Tween 20; 40; 60; 80
3. Span 20; 40; 80
G. Cara Pembuatan Emulsi
Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :
- Metode gom kering atau metode continental
- Metode gom basah atau metode inggris
- Metode botol atau metode botol forbes
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk pembuatan emulsi yang baik.
- Mortar dan stamper
- Botol
- Mixer, blender
- Homogenizer
- Colloid mill
H. Cara Membedakan Tipe Emulsi
Dikenal beberapa cara membedakan tipe emulsi yaitu :
- Dengan Pengenceran Fase
- Dengan pengecatan / pemberian warna
- Dengan kertas saring
- Dengan konduktivitas listrik
I. Kestabilan Emulsi
Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini :
1. Creaming
yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain.
Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan
terdispersi kembali.
2. Koalesen
dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya
irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan CaO / CaCL2
Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.
Sumber :
1. Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta
2. Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta
3. Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI Press : Jakarta
4. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen kesehatan RI: Jakarta
5. Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen kesehatan RI: Jakarta
6. Gennaro, Alfonso R., (2000), Remington: The Science and Practice of Pharmacy 20th edition, Philadelphia College of Pharmacy and Science: Philadelphia
7. Jenkins, Glenn L., (1957), Scoville’s the Art of Compounding Nineth edition, The McGraw-Hill Book Company, Inc: USA
8. Martin, W., (1971), Dispending of Medication 7th edition, Marck Publishing Company: USA
9. Parrot, Eugene L., (1968), Pharmaceutical Technology, Burgess Publishing Company: Iowa.
10. Boylen, James, (1994),
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Volume 9, Maral Deck Inc : New York
.