Salam Sukses
Penyebab-Penyebab Kegagalan dalam Berbisnis
Setiap orang tentunya tidak ingin gagal dalam semua aspek kehidupan
apalagi masalah bisnis. Tetapi, semua adalah sebuah proses menuju
keberhasilan. Kita juga harus menyadari bahwa Bisnis yang gagal adalah
sebuah kewajaran. Akan tetapi, tentunya ada factor yang menimbulkan
kegagalan tersebut. Untuk mengetahui lebih dalam apa saja faktor-faktor
kegagalan dalam berbisnis, di bawah ini kami cantumkan serangkaian
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berbisnis:
Pertama:
“Rencana strategi yang tidak realistis”.
Kedua:
“Layanan pelanggan yang buruk”.
Ketiga:
“Marketing yang tidak memadai”.
Keempat:
“Pelatihan karyawan yang buruk”.
Kelima:
“Pengeluaran yang berlebihan”.
Keenam:
“Pencatatan keuangan yang buruk”.
Ketujuh:
“Tidak ada cadangan tunai atau modal kerja.”
Kedelapan:
“Masalah Pajak.”
Kesembilan:
“Kurangnya pengetahuan bisnis”.
Cerita sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang
justru lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar
lantaran kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi
tak sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung
risiko dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang
sudah ada.
Dalam bukunya, Emily Ross & Angus Holland mengisahkan hal ini
cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah sukses atas dasar sejarah dan
kecenderungannya, sehingga mempermudah pembaca untuk memahami. Sebagai
contoh adalah kisah-kisah sukses yang diaraih karena kekuatan adaptasi
modelnya. Ross & Holland menyebutkan Starbucks yang berevolusi dari
hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan Coca Cola yang berjaya setelah
dikemas dalam botol.
Keberanian mengambil risiko oleh para kreator dan inovator juga
menjadi kisah tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi salah satu contoh
besarnya. Sang penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika
mengajukannya ke Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada
Steve Jobs yang kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil
menjual mobil VW milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka
membiayai desain pertama Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak
lima tahun lebih tua. Siapa sangka kalau kini Apple menjelma menjadi
sebuah usaha besar di dunia.
Sementara itu banyak juga sukses besar yang bermula dari gagasan
sepele. Liquid Paper adalah salah satu contohnya. Produk ini bermula
dari kebingungan sang penemunya, Bette Graham. Saat itu, seorang ibu
yang bekerja sebagai sekretaris ini kerap stres lantaran pekerjaannya
dalam mengetik. Bayangkan, bagaimana pusingnya dia ketika harus membuat
hasil ketikannya rapi dan bersih, sementara ketikannya kerap salah.
Suatu ketika tanpa sengaja dia melihat seorang tukang cat sedang
mengecat tengah mengecat. Tukang cat itu ternyata tak sengaja menodai
hasil kerjanya. Untuk membersihkannya, pengecat itu kemudian menimpa
noda itu dengan cat putih.
Dari situ, Graham terpikir untuk melakukan hal serupa. Dia mencoba
menggunakan cat tempera putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk
menutup kesalahan ketiknya. Ternyata berhasil. Pada tahun 1957 ketika
teman-temannya mengetahui hal ini, Graham mulai mengomersialkan, hingga
mampu menjual sekitar 100 botol per bulan. Hebatnya, 15 tahun kemudian,
perusahaan yang didirikan berhasil menjual sedikitnya lima juta botol
per tahun.
Yang tak kalah menarik adalah sukses besar yang terjadi karena
kecerdikannya dalam mengadopsi ide orang lain. Contohnya Dietrich
Mateschitz yang mengubah tonik menyehatkan asal Thailand, si kerbau air
merah alias Krating Daeng, menjadi manis dan berbuih yang cocok untuk
orang-orang Austria. Ia lantas mengemasnya lebih menarik dalam kaleng
ramping, dan memberinya merek Red Bull. Dengan klaim sebagai ‘minuman
cerdas’ yang mampu meningkatkan kinerja seseorang, Red Bull menangguk
sukses besar. Padai tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar
AS, dan kini diperkirakan jauh melebihi angka itu.
Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan
berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah
ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus
industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya
sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan
menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal
komputer Dell?
Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan Larry Page. Ia melakukan
inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses menyaingi mesin
pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.
Dalam buku ini juga diungkapkan tentang para penemu yang kurang
beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang lain. Salah satu
contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan
satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil
perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5.
Tapi sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga
Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi
parfum berskala besar. Hasilnya? Keluarga Wertheimer yang justru
menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang.
Seratus jurus sukses yang diungkapkan dalam buku ini bisa menjadi
inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja
dan dengan cara apa saja. Yang penting adalah ketekunan dan keberanian
dalam menghadapi risiko.